Laman

Mengasihi dengan Tulus





Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
(Roma 12:9)


Dunia ini penuh dengan kepalsuan, dan itu hal yang wajar. Mengapa? Karena dunia ini sedang di bawah kuasa Iblis, bapa semua pendusta. Banyak orang yang hidup di dalam kepura-puraan. Para politisi yang sedang berkampanye berpura-pura memperhatikan rakyat dengan harapan agar dia memenangkan pemilu. Perusahaan-perusahaan besar berpura-pura mempedulikan masyarakat miskin dengan harapan agar mereka mendapat citra yang baik di mata publik. Tak sedikit orang juga yang berpura-pura mencintai pasangannya dengan harapan agar pasangannya tersebut mau memberikan apa yang ia inginkan. Demikianlah, banyak orang di dunia ini memanipulasi kebaikan dan kasih sayang untuk memenuhkan ambisi atau keinginan pribadinya saja.

Padahal, kepura-puraan itu sangat berbahaya! Kebanyakan kasus krisis ekonomi di berbagai negara diakibatkan oleh para pelaku ekonomi yang tidak jujur. Mereka membuat analisa-analisa palsu, misalnya menaksir sebuah bangunan bernilai satu milyar menjadi dua milyar. Akibatnya, bank-bank mengeluarkan pinjaman yang nilainya terlalu besar. Ketika terjadi krisis, siapakah yang menderita? Semua orang yang tidak tahu-menahu tentang hal itu. Di Amerika, banyak orang yang tiba-tiba harus kehilangan rumah hanya karena kecurangan-kecurangan itu! Kepura-puraan tidak pernah menghasilkan sesuatu yang baik, bagi “pelaku” ataupun “korban.”

Tapi ada Satu Pribadi yang tidak pernah berpura-pura. Tuhan Yesus tidak berpura-pura lahir sebagai manusia, atau berpura-pura mati untuk menanggung dosa seluruh dunia. Coba bayangkan, apa yang terjadi seandainya kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitan-Nya hanya sebuah “sandiwara tentang kasih”? Pastilah kita menjadi orang-orang yang paling malang di seluruh dunia, karena telah mengikuti seorang penipu! Tapi syukurlah, berbagai dokumen sejarah telah membuktikan bahwa kelahiran, pelayanan, kematian, dan kebangkitan Kristus sungguh-sungguh terjadi. Puji Tuhan!

Lalu bagaimana seharusnya sikap kita sebagai murid-murid-Nya? Kita juga harus mencontoh teladan yang telah diberikan oleh Sang Guru Agung kita itu. Kita wajib untuk mengasihi sesama kita dengan jujur dan tulus, tanpa kepura-puraan. Ayat kita tadi menegaskan bahwa kasih yang pura-pura itu adalah perbuatan yang jahat. Jadi, marilah kita menjauhi apa yang jahat dan melakukan apa yang baik. Marilah kita, sebagai murid-murid-Nya, belajar untuk saling mengasihi dengan tulus. Amin.