Laman

Dosa dan Pahala, Apa Satuannya?

Alkisah ada seorang kaya nan saleh yang berkonsultasi dengan Sang Guru tentang memperoleh hidup yang kekal. Meski ia kaya dan tak pernah absen beribadah, tetap saja ada kekhawatiran di dalam hatinya: benarkah aku pasti masuk surga?

Seperti orang kaya itu, demikian pula sebagian dari kita bertanya-tanya dalam hatinya, sudah layakkah mereka untuk memasuki surga-Nya. Mengapa pertanyaan itu tak pernah lepas menggelayut di dalam hati mereka? Jawabannya kupikir cuma satu: karena DOSA dan PAHALA tidak ada satuannya. Dosa dan pahala tak bisa kita hitung seperti layaknya kita menghitung berat atau jarak.

Konsep tentang hidup kekal yang ada di pikiran kebanyakan orang adalah konsep "timbangan." Artinya, kelak di akhirat, semua kebaikan dan kejahatan yang dilakukan manusia akan ditimbang-timbang. Jika ternyata kebaikannya lebih berat, maka orang tersebut layak masuk surga. Namun jika tidak, maka nerakalah tempat hunian kekalnya.

Kegelisahan yang Berulang
Nah, masalahnya adalah, manusia tidak pernah tahu berapa ukuran atau satuan yang dipakai oleh surga dalam menghitung dosa dan pahala. Kita tak pernah punya "tabel konversi"-nya. Tuhan dan malaikat tak pernah memberitahukannya. Berapa poin dosa untuk membunuh? Berapa poin pahala untuk menyelamatkan orang dari upaya pembunuhan? Apakah satu poin dosa sama dengan satu poin pahala? Atau jangan-jangan, satu poin dosa harus ditebus dengan 10.000 poin pahala? Kita tidak akan pernah tahu.

Semua kitab suci dan nabi hanya memberitahukan kepada kita tentang bagaimana harus berbuat baik, atau bahwa semua orang bertanggung jawab atas nasibnya sendiri-sendiri ketika di akhirat nanti, jadi kita harus berhati-hati menjalani hidup di dunia. Itulah sebabnya, kegelisahan yang sama terus ada, dan terus akan berulang. Tapi tidak untukku.

Sebuah Kepastian
Aku sudah mendapat tempat yang pasti di surga nanti, bahkan tanpa perlu mengumpulkan poin-poin pahala. Mengapa bisa begitu? Karena dosa-dosaku yang tak terukur itu telah dibayar, bukan dengan kebaikan ataupun pahala yang kukumpulkan, tapi dengan SATU KEBAIKAN yang dilakukan oleh Tuhan bagiku dan bagi semua orang: mengorbankan diri dan mati di kayu salib. Jadi, SATU DOSA yang kita warisi dari jaman Adam telah dibayar lunas oleh SATU PAHALA yang dikerjakan oleh Tuhan yang menjadi manusia (bukan manusia yang menjadi Tuhan lho!), yakni Yesus Kristus dari Nazaret.

Sekarang, aku (dan semua orang yang percaya kepadaNya) tak perlu repot-repot memikirkan akan ke mana setelah mati, memikirkan sudah berapa banyak pahala yang dikumpulkan dan apakah pahala-pahala itu cukup untuk mengimbangi dosa-dosa yang dilakukan. Tentu saja hal ini bukan berarti semua orang yang percaya kepadaNya bebas untuk berbuat dosa. Syarat untuk menerima anugerah-Nya itu adalah pertobatan, dan pertobatan itu berarti upaya terus-menerus untuk melawan dosa.

Perlu Komunitas
Sebagai manusia yang berdaging, orang yang percaya tidak bebas dari kemungkinan untuk berbuat dosa. Segala perbuatan dosa akan terus mengintai, bahkan akan semakin gencar melakukannya. Ia akan mencari saat-saat di mana orang percaya itu lengah dan berdiri tanpa penjagaan, untuk kemudian menerkamnya. Menggodanya dengan godaan dosa yang sangat mengasyikkan. Itulah sebabnya, orang yang percaya membutuhkan komunitas.

Dengan bergabung bersama dalam sebuah komunitas yang saling menjaga dan saling membangun, orang-orang percaya akan sanggup mengalahkan godaan dosa. Jika si A lengah, si B bisa mendoakan atau mengingatkan si A untuk kembali berwaspada. Ruang gerak dosa makin kecil, dipersempit. Sebagaimana halnya dengan peperangan secara fisik, peperangan secara rohani pun baru bisa dimenangkan dengan sinergi alias kerjasama yang baik.

Lalu Bagaimana?
Nah, bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah yakin kelak pasti masuk surga? Jika belum, berkonsultasilah dengan Sang Guru dari Nazaret itu. Yesus Kristus nama-Nya. Terimalah KEBAIKAN yang Ia tawarkan untukmu dan untuk seluruh dunia itu, agar lunas terbayar dosamu, agar ringan langkahmu dalam menjalani hari-hari. Kalau kamu punya utang yang begitu besar sampai-sampai memeras keringat seumur hidup pun takkan bisa melunasinya, lalu tiba-tiba ada pengusaha super kaya yang tulus menawarkan sumbangan untuk pelunasan utangmu itu, akankah kamu menolaknya?

Jika kamu telah bersedia menerima KEBAIKAN itu, sudahkah kamu bergabung dengan komunitas orang-orang yang sama-sama telah menerima dan menikmatinya? Jika belum, inilah waktu yang tepat. Carilah komunitas orang percaya yang mendukung pertumbuhanmu, yang berjaga di kala kamu lengah. Bertumbuh, dan teruslah bertumbuh makin mengenal Dia. Tuhan memberkati!